Bakso Koblak
Warung Bakso Koblak |
Di Tanah Air, khususnya di Pulau Jawa, bakso bisa ditemui di mana saja. Di pinggir jalan, di rumah makan, bahkan, yang di tempat yang kurang lazim; di pemakaman. Yap, Koblak adalah sebuah pemakaman di kampung gue, sebuah tanah wakaf yang sampai kini masih digunakan untuk mengubur orang-orang kampung yang meninggal. Kata "Koblak" adalah akronim dari "Koeboeran Belakang," karena memang letaknya di belakang kampung.
Suatu hari sewaktu nyokap gue masih hidup, gue dan Nyokap, menjumpai kalo di seberang pemakaman itu telah berdiri sebuah warung bakso. Akhirnya kita penasaran, seperti apa sih rasanya bakso yang dijual di dekat pemakaman? Saat pertama kali memesan bakso, Nyokap bilang sama mas-masnya,"Mas, jangan pakai mecin!" Kata Nyokap, begitulah caranya kalo lo mau ngetes apakah semangkuk bakso itu enak atau enggak. Mecin adalah penguat rasa, tanpa mecin, bakso akan mengeluarkan rasa aslinya.
Dan setelah pesanan datang, ternyata baksonya lumayan banyak. Teksturnya benar-benar mantap, nggak kaya bakso-bakso lain yang sering gue makan di gerobakan. Gue memprediksi, kandungan dagingnya 75%, karena rasanya bisa dibilang "daging banget."
Saat gue mencicipi bakso ini, nikmat bumbunya bener-bener terasa. Kalo lo biasanya kenyang makan bakso karena mie-nya, beda sama di sini, lo bakal kenyang karena baksonya yang banyak dan padat. Gue pernah makan siang di sini, dan sampe malam gue nggak lapar (entah guenya yang lemah apa gimana).
Bakso Koblak letaknya di jalan Tole Iskandar, Depok. Gue nggak tau Km berapa lah, pokoknya nggak jauh dari perumahan Pondok Sukmajaya Permai. Warung bakso yang sudah berdiri sejak akhir 2009 ini tadinya adalah sebuah bengkel mobil. Bangunan warungnya udah permanen, dengan tempat parkir yang cukup. Warung bakso ini selalu ramai terutama saat jam makan siang, dan antara jam 18.00 sampai jam 20.00.
Kalo lo mampir ke warung bakso ini, lo bakal dilayani sama: Bapak-bapak bermuka Jawa, atau ibu-ibu gemuk bermuka Jawa juga, atau seorang pemuda tanggung yang juga bermuka Jawa (mungkin anaknya, gue kurang suka ngobrol sama tukang bakso).
Seporsi bakso dihargai Rp8000,00 kalo sama es teh manis jadi Rp10.000,00. Kalo makan di sini di siang hari yang terik, rasanya nikmat dan seger banget deh. Kalo nggak suka bakso, ada juga mie ayam kok. Mie ayam di sini beda dengan di tempat lainnya. Menurut gue daging ayamnya agak manis, mungkin direbus dulu pakai kecap kali ya? Tapi gue suka mie ayamnya, pangsitnya juga enak, dan mienya benar-benar mantap lah. Lebih mantap lagi kalo mie ayamnya ditambah bakso, wuih, bikin mata merem melek.
Gue kalo ke sini biasanya bareng temen-temen SMA. Tempat ini adalah salah satu yang paling recommended buat nongkrong. Tempatnya ga luas sih, tapi lumayan ada TVnya hehe. Buat lo yang punya darah tinggi, nggak gue saranin makan bakso ini, karena kandungan dagingnya yang lebih, apalagi di tambah tetelan, buset, jangan deh, jangan coba coba... Gue sendiri ga suka tetelan, tapi nggak gue buang, karena kayaknya rasa kuahnya lebih gurih kalo tetelannya dibiarin "nongkrong"di mangkok.
Comments
Post a Comment