Catatan Seorang Mantan Frater: Orang Baik Ada di Sepanjang Jalan
Sebagai senior di kampus gue (cieilah) sekarang gue mulai kenalan sama mahasiswa-mahasiswa baru di kampus, dan kebanyakan emang yang gue kenal dari Keluarga Mahasiswa Katolik, tempat tongkrongan gue sekaligus tempat gue jadi pengurus di situ.
Slibet slibet slibet akhirnya gue kenal sama satu maba dari jurusan gue, namanya Ignatius Yuliangga. akrab disapa Angga.
Dari tampangnya sih awalnya gue nggak melihat ada yang aneh, dia ngerokok, oke biasa aja, dia main poker, pulang malem, nonton bokep (nggak yang ini gue ngarang) nggak ada yang aneh kan?
Nah selidik punya selidik, saat gue jadi panitia di temu akrab KMK di Puncak, gue ngobrol-ngobrol sama maba yang memanggil gue "nabi" ini (entah kenapa sebagian maba cowok manggil gue begitu), di malam yang dingin diiringi gerimis (biar sendu) , dia bercerita bahwa dia adalah seorang mantan frater, seorang calon imam, nahloh.. kok bisa masuk UNJ? Jadi karena satu masalah dan lain hal, dia mengundurkan diri dari Seminari Tinggi Beato Yohanes Paulus II, kenapa sih? nggak sopan dong kalo gue buka di sini hehehe (Angga lebih senang menyebut dirinya di-DO ketimbang mengundurkan diri, lebih gahol katanya)
Mungkin karena sudah tau kalau Angga itu mantan frater, sekarang tampak aneh aja kalo dia melakukan kegiatan-kegiatan yang gaul gitu. Nah siang ini, pulang gereja, gue menemukan catatan Angga yang hilang.. catatan apakah itu? apakah sebuah gulungan kitab suci? oh bukan, tapi catatan Angga (tepatnya tugas Angga) saat masih sekolah di seminari yang dimuat di Facebook. Catatan itu bertutur tentang makna ekaristi, dan saat gue komentarin merasa aneh aja gitu, Angga yang sebandel itu bisa nulis sesuatu yang kualitasnya bisa dibilang sama dengan yang ditulis di majalah-majalah rohani seperti Majalah Hidup. Akhirnya Angga "memamerkan" beberapa tulisannya saat di seminari, dan jujur, gue salut sama orang yang betah nulis-nulis artikel berbau rohani secara panjang lebar gini. Hari ini gue mau post salah satu tulisan Angga yang judulnya "Orang Baik Ada di Sepanjang Jalan." yang berkisah tentang masa orientasi tahun ketiganya di seminari, yuk dilongok:
Orang baik ada di sepanjang jalan
Hari itu - Jumat, 24 Juli 2009. Gue ikut MOS Seminari memasuki tahun yang ke 3. Di tahun ini ada banyak hal baru yang dilakukan oleh panitia. Salah satunya adalah peregrinasi ~ yang artinya sampai saat ini gue blom tau ~ tapi intinya adalah kita jalan dari suatu tempat ke tempat lain (yang biasanya jaraknya jauh banget) tanpa membawa uang sepeser pun, jadi seperti pengembara gitu deh.
Begini ceritanya:
Slibet slibet slibet akhirnya gue kenal sama satu maba dari jurusan gue, namanya Ignatius Yuliangga. akrab disapa Angga.
Dari tampangnya sih awalnya gue nggak melihat ada yang aneh, dia ngerokok, oke biasa aja, dia main poker, pulang malem, nonton bokep (nggak yang ini gue ngarang) nggak ada yang aneh kan?
Nah selidik punya selidik, saat gue jadi panitia di temu akrab KMK di Puncak, gue ngobrol-ngobrol sama maba yang memanggil gue "nabi" ini (entah kenapa sebagian maba cowok manggil gue begitu), di malam yang dingin diiringi gerimis (biar sendu) , dia bercerita bahwa dia adalah seorang mantan frater, seorang calon imam, nahloh.. kok bisa masuk UNJ? Jadi karena satu masalah dan lain hal, dia mengundurkan diri dari Seminari Tinggi Beato Yohanes Paulus II, kenapa sih? nggak sopan dong kalo gue buka di sini hehehe (Angga lebih senang menyebut dirinya di-DO ketimbang mengundurkan diri, lebih gahol katanya)
Angga saat masih jadi frater, bak malaikat yang dicampakkan ke UNJ |
Mungkin karena sudah tau kalau Angga itu mantan frater, sekarang tampak aneh aja kalo dia melakukan kegiatan-kegiatan yang gaul gitu. Nah siang ini, pulang gereja, gue menemukan catatan Angga yang hilang.. catatan apakah itu? apakah sebuah gulungan kitab suci? oh bukan, tapi catatan Angga (tepatnya tugas Angga) saat masih sekolah di seminari yang dimuat di Facebook. Catatan itu bertutur tentang makna ekaristi, dan saat gue komentarin merasa aneh aja gitu, Angga yang sebandel itu bisa nulis sesuatu yang kualitasnya bisa dibilang sama dengan yang ditulis di majalah-majalah rohani seperti Majalah Hidup. Akhirnya Angga "memamerkan" beberapa tulisannya saat di seminari, dan jujur, gue salut sama orang yang betah nulis-nulis artikel berbau rohani secara panjang lebar gini. Hari ini gue mau post salah satu tulisan Angga yang judulnya "Orang Baik Ada di Sepanjang Jalan." yang berkisah tentang masa orientasi tahun ketiganya di seminari, yuk dilongok:
Orang baik ada di sepanjang jalan
Hari itu - Jumat, 24 Juli 2009. Gue ikut MOS Seminari memasuki tahun yang ke 3. Di tahun ini ada banyak hal baru yang dilakukan oleh panitia. Salah satunya adalah peregrinasi ~ yang artinya sampai saat ini gue blom tau ~ tapi intinya adalah kita jalan dari suatu tempat ke tempat lain (yang biasanya jaraknya jauh banget) tanpa membawa uang sepeser pun, jadi seperti pengembara gitu deh.
Begini ceritanya:
Setelah mengalami berbagai cobaan yang memalukan di BM, anak kelas 2 dan 3 seminari dikumpulkan di depan gedung BPK Katedral. Di sana kami di beri beberapa pengarahan sebelum akhirnya dibagi menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok berjumlah 3 orang. Gw kebagian jalan samaVenan dan Triantoko. (FYI: dibagi per kelas).
Kami start sekitar pukul 09.30 dengan mengambil rute angkot Parung Bogor (emang itu sih rutenya). Setiap kelompok dikasih air minum sekitar 1/4 botol ukuran 1,5 liter. Baru sampe RS Karya Bhakti, air yang diberikan panitia habis, oleh karena itu kami berinisiatif untuk meminta kepada POM bensin yang ada tidak jauh dari situ. Di POM bensin tersebut kami mendapatkan air dingin 1 botol penuh. Namun karena perjalanan masih sangat jauh, kami tidak meminum air tersebut.
Di dalam perjalanan kami, banyak sekali orang-orang yang menyapa kami, bahkan seorang pemulung bergerobak berjalan bersama kami dan kami mengobrol-ngobrol banyak dengannya. Kami berpisah dengannya sekitar setelah 1/2 jam berjalan bersama.
Ketika jam menunjukkan pukul 11.30 kami baru sampai di LANUD Atang Sanjaya, di situ Venan yang lapar dan haus mencoba meminta buah kepada salah seorang tukang rujak yang berada di situ. Awalnya tukang rujak tersebut heran, namun setelah diberi penjelasan, tukang rujak tersebut bersimpati kepada kami dan memberikan Venan sebuah pepaya (awalnya ingin memberi 3, namun kami menolak).
Sekitar pukul 12.30 air kami kembali habis. Dan dengan keadaan yang sangat-sangat mengenaskan kami masuk ke sebuah toko material yang bernama SARI BUMI RAYA. Awalnya kami hanya meminta minum, namun si empunya toko yang kebetulan berada di situ mengajak kami makan siang. Jadilah kami makan siang di situ. Namun tidak hanya sebatas makan siang, kami diberi air minum dingin beserta jas-jus masing2 satu gelas. Kebaikan hati si empunya toko tidak berhenti sampai disitu. Ketika kami pamit, kami dibekali masing2 dengan sebuah pisang.
Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan, kami menemukan uang 1.000 rupiah terjatuh di jalan. Karena sangat haus, kami berinisiatif membeli es kelapa muda. Di situ ada seorang bapak yang sepertinya sudah kenal dengan penjual mencoba mengobrol dengan kami. Setelah kami menjelaskan panjang lebar, bapak tersebut membelikan kami es kelapa muda 1 gelas lagi. Sehingga kami membagi 2 gelas es kelapa muda itu bertiga.
Pada awalnya kami adalah kelompok yang pertama berangkat, namun karena semua kebaikan tadi, kami sampai paling akhir, sekitar pukul 13.30.
Karena semua kebaikan orang-orang yang kami temui, kami belajar dan memahami bahwa orang baik ada di sepanjang jalan.
29 Juli 2009
Intinya apa? nah ini kebetulan sekali dengan pastor paroki gue yang tadi pagi bertutur tentang doa damai saat ekaristi yang bunyinya:
"Tuhan, jangan memperhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman gerejamu dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakmu, sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa, amin."
Doa ini sebenarnya sudah dikenal bangsa Yahudi sejak lama, bahkan sebelum kedatangan Yesus.
Saat Abraham "bernegosiasi" dengan Tuhan tentang pemusnahan kota Sodom dan Gomorah, ia meminta Tuhan agar mempertimbangkan lagi hukumannya terhadap kota itu, sebab Abraham yakin di kota itu masih ada orang baik, dan Tuhan pun menyelamatkan Lut dan keluarganya yang termasuk orang beriman sebelum memusnahkan kota Sodom."
Begitu pun kita. yakin kalau di dunia yang kotor ini masih ada orang baik, kita berdoa supaya Tuhan memperhitungkan mereka supaya dunia turut diselamatkan karena kebaikan dan iman mereka. Kita perlu membuka diri terhadap kebaikan-kebaikan sesama agar mata kita pun terbuka bahwa kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, bahwa kita tidak sendirian, jika kita tidak malu mengetuk, maka pintu akan dibukakan. Selamat hari Minggu! ^_^
Intinya apa? nah ini kebetulan sekali dengan pastor paroki gue yang tadi pagi bertutur tentang doa damai saat ekaristi yang bunyinya:
"Tuhan, jangan memperhitungkan dosa kami tetapi perhatikanlah iman gerejamu dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendakmu, sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa, amin."
Doa ini sebenarnya sudah dikenal bangsa Yahudi sejak lama, bahkan sebelum kedatangan Yesus.
Saat Abraham "bernegosiasi" dengan Tuhan tentang pemusnahan kota Sodom dan Gomorah, ia meminta Tuhan agar mempertimbangkan lagi hukumannya terhadap kota itu, sebab Abraham yakin di kota itu masih ada orang baik, dan Tuhan pun menyelamatkan Lut dan keluarganya yang termasuk orang beriman sebelum memusnahkan kota Sodom."
Begitu pun kita. yakin kalau di dunia yang kotor ini masih ada orang baik, kita berdoa supaya Tuhan memperhitungkan mereka supaya dunia turut diselamatkan karena kebaikan dan iman mereka. Kita perlu membuka diri terhadap kebaikan-kebaikan sesama agar mata kita pun terbuka bahwa kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, bahwa kita tidak sendirian, jika kita tidak malu mengetuk, maka pintu akan dibukakan. Selamat hari Minggu! ^_^
Comments
Post a Comment