Keranjingan Tahu Sumedang
Dari dulu sampai sekarang, gue nggak pernah bosen sama makanan yang satu ini. Alhasil, setelah melek internet, gue mulai browsing tentang makanan ringan kesukaan gue ini. Tahu Sumedang ternyata udah ada sejak awal abad ke-20, pertama kali dirintis oleh seorang Tionghoa di Sumedang bernama Ong Kino. Ong Kino ini awalnya niatnya cuma minta dibikinin tahu sama istrinya tercinta, tapi secara nggak sengaja, dia ketemu Pangeran Soeria Atmadja, Bupati Sumedang, dan doi sempet mencicipi tahu buatan Ong Kino, dan responnya bagus banget, "Makanan ini enak sekali, kalo dijual pasti laku!"
Well, ucapan sang bupati yang dikenal sakti mandraguna ini benar-benar jadi kenyataan. Saat Ong mulai mencoba menjual tahu bikinannya, respon konsumen bagus banget tuh, mulai deh tahunya merambah ke ibu kota, Bandung, dan akhirnya tersebar ke seluruh Pulau Jawa, dan akhirnya lagi ke seluruh Indonesia.
Dari gosipnya sih, yang membuat tahu ini benar-benar enak adalah karena air yang digunakan (pada zaman dahulu) adalah air yang asalnya dari mata air Gunung Tampomas, yang diketahui banyak mengandung mineral bermanfaat.
Oke, untuk sejarah lo bisa cari-cari sendiri lah ya, lagi pula kan nggak semua dari lo suka didongengin, iya nggak? hahahaha
Setelah bertahun-tahun nggak makan tahu Sumedang (terakhir waktu SMP) mendadak gue kangen sama makanan ini, dan kerinduan gue itu sempet gue ungkapkan dengan cara yang agak lebay...
"Ndi, Gue ngidam tahu Sumedang nih!"
"Lu hamil ya?" (jayus sumpah)
"Ri, gue pengen banget tahu Sumedang!"
"Tahu Sumedang kalo kaga panas kaga enak, mending lo cari sendiri sana di depan Indomaret!"
atau sama pacar gue, ini paling absurd komentarnya:
"Sayang, aku pengen tahu Sumedang..."
"idih, kamu kok doyan tahu kopong kayak begitu sih?!"
Akhirnya, gue ikutin saran yang kedua, gue mau cari di tukang gorengan yang biasa ada di depan Indomaret.
Setelah observasi gue menentukan daerah tempat gue akan berburu, sudah ditetapkan; Jalan Kemakmuran Raya Depok II Tengah. Kenapa? simpel aja, jalan ini adalah pusatnya jajanan rakyat di daerah timur, jadi gue punya banyak pilihan.
Sebelum gue membeli tahu, gue punya syarat, yaitu, gerobak sang tukang gorengan harus bertuliskan "Tahu Sumedang." untuk memastikan bahwa sang tukang benar-benar ahli menggoreng tahu Sumedang.
Gue akhirnya mendapatkan tiga tempat dengan syarat seperti itu. Ketiga tempat itu adalah:
1. Tukang Gorengan depan Yaspen Tugu Ibu, Jalan Kemakmuran Raya, Depok II Tengah
2. Tukang Gorengan dekat PLN Depok II Tengah
3. Tukang Gorengan depan Indomaret di muka gang Jalan Dadap, Kemakmuran Raya, Depok II Tengah
Yang paling awal gue cicipin adalah tahu Sumedang deket Tugu Ibu, habis itu dekat PLN, baru yang di Jalan Dadap.
Dari ketiganya, gue mengapresiasi tahu yang pertama (Tugu Ibu) rasanya gurih dan bumbunya berani, meskipun dalam skill menggoreng, si abang belum mampu membuat tahunya benar-benar berwarna cokelat berintik.
Untuk tahu kedua, gue berani bilang kalo tahu ini ENGGAK ENAK. Kok berani banget gue? iya, saat gue coba, tahunya nggak ada Sumedang-Sumedangnya sama sekali, persis tahu biasa, hambar, nggak renyah, terkesan alot, dingin, dan harganya itu loh yang bikin kesel, Rp2000,00 dapet 3 biji, berarti kalo Rp6000,00 cuma dapet 9 biji. Sedangkan, kedua tukang tahu lainnya hanya mematok harga Rp600,00/tahu (Rp6000,00 = 10 tahu).
Tahu ketiga, ini yang bikin gue heran, tanpa iklan Bogasari di gerobaknya, tahunya bisa dibilang yang paling enak. Teksturnya garing, rasanya gurih, bener-bener kaya yang pernah gue makan waktu kecil.. Wow!
Kulitnya cokelat berintik, khas Sumedang, dan harganya seperti yang gue sebutkan tadi. Dari segi kebersihan, di antara ketiganya, pedagang ketiga menurut pengamatan gue yang paling bersih. Minyaknya nggak hitam, tapi cokelat (karena habis buat menggoreng) dan bungkusnya juga higienis. Pedagang pertama menggunakan kertas makanan, tapi nggak cuma digeletakin aja, sehingga memungkinkan tahu lari ke sana kemari, keluar dari kertas, bersentuhan dengan plastik, dan mengkontaminasinya dengan zat plastik yang beracun. Pedagang kedua paling jorok, pake plastik kresek doang! Pedagang ketiga menggunakan kertas berbentuk kantong baru memasukkannya ke dalam plastik, ini baru benar! :)
Yap, gue memutuskan, tahu ketiga menjadi pemenangnya. Untuk preview, gue punya gambar tahunya nih:
Tahu standar |
yang kasar isinya toge |
Hmmm... ane nggak sih kalo gue suka tahu Sumedang? semoga enggak ya, dan gue berharap makanan ini bisa jadi salah satu ikon makanan Indonesia gitu loh hahahaha :p
Kalo lo berminat, coba deh ikutin rekomendasi gue, adakan survei dulu sebelum berlangganan, jangan sampai lo dibikin kesel sama tukang gorengan, yang akhirnya bisa ngerusak kesehatanlo sendiri.
Comments
Post a Comment