Martin B-10, Bomber Andalan Hindia-Belanda

Sepengelihatan saya kalo ke toko buku, belum ada buku yang membahas militer di zaman Hindia Belanda secara detail. Waktu saya baca-baca Angkasa Edisi Koleksi: Pesawat Kombatan TNI-AU, nggak sengaja saya nemuin satu kalimat yang menerangkan bahwa beberapa founding father TNI-AU dulunya adalah mantan pilot AU Belanda sebelum Pendudukan Jepang, di mana disebutkan juga bomber andalan AU Belanda pada masa itu: Martin B-10 "Glenn-Martin".

Martin B-10 atau yang dikenal sebagai Glenn-Martin merupakan pesawat pembom monoplane berbadan logam pertama yang masuk dalam dinas militer AD AS pada tahun 1934. Diproduksi oleh Glenn L. Martin Company, pada perkembangannya, Royal Netherlands-East Indies Army Air Force atau yang kemudian dikenal sebagai Militaire Luchtvaart/ML) membeli pesawat ini sekitar tahun 1937. Menurut Wikipedia, 116 unit B-10 139/166 diproduksi untuk ML. Pesawat-pesawat ini terlibat dalam pertempuran-pertempuran melawan Jepang pada tahun 1942. Seorang penerbang pribumi bernama Sambudjo Hurip gugur di atas Malaya ketika B-10 yang diterbangkannya jatuh dalam sebuah pertempuran udara melawan A6M Zero milik Jepang (catatan Angkasa: Ki-43 Hayabusha "Oscar"). Adisutjipto, salah satu founding father TNI-AU juga berasal dari skuadron B-10, namun akhirnya dipindahkan ke skuadron intai dengan pesawat Curtiss CW-22B Falcon. Selain Hindia-Belanda, pengguna B-10 di luar AS adalah Filipina, Siam (Thailand), China, Turki, dan Argentina. Berikut adalah foto-foto B-10

B-10 milik AU KNIL di sebuah lanud di Jawa, Februari 1942

Melakukan operasi gabungan melawan Jepang di Malaya, Januari 1942

B-10 dengan roundel baru

ground crew KNIL tengah memasang bom yang menjadi senjata B-10

roundel yang banyak nampak dalam operasi melawan serbuan Jepang



Tidak diketahui nasib pesawat-pesawat ini pasca pendudukan Jepang di Indonesia pada 1942, namun diperkirakan B-10 Hindia-Belanda yang jumlahnya ratusan, sebagian besar jatuh digasak senapan mesin pesawat-pesawat tempur Jepang dalam berbagai pertempuran antara lain di Malaya dan Tarakan. Saat ML dilikuidasi oleh pemerintah Indonesia pasca konferensi Meja Bundar 1949, AURI menerima ratusan pesawat tempur berbagai jenis dari ML, dan diperkirakan ada beberapa unit kecil B-10 yang selamat melewati Perang Dunia II

Dari jumlahnya yang lebih dari 100, kita bisa memperkirakan betapa Belanda sangat menjaga kuat wilayah udara jajahannya, belum lagi ditambah pesawat-pesawat tempur jenis lain yang sangat banyak. Bisa disimpulkan bahwa wilayah RI yang sangat luas selayaknya dijaga oleh angkatan udara yang kuat. Jika Belanda saja mau menggelontorkan uang untuk melindungi wilayah jajahannya, mengapa kita mau tidak sepenuh hati menjaga rumah kita sendiri?

author: Michael Ayub Garuntolo - copying this stuff without my consent is prohibited 

Comments

Popular Posts