Menanti Kedigdayaan KF-X


Awalnya banyak orang yang skeptis dengan proyek pembuatan jet tempur KF-X yang digagas Korea Selatan, dan kemudian mengajak Indonesia untuk turut ambil bagian di dalamnya. Agaknya ini normal, mengingat proyek-proyek industri pertahanan ambisius yang dicanangkan pemerintah sejak awal dekade ini kebanyakan berakhir dengan kegagalan. Sebagai contoh, proyek rudal nasional Sondakh, yang tidak jelas nasibnya, pengembangan UAV dalam negeri yang faktanya sesudah dikembangkan tidak dilirik oleh TNI, dan bahkan proyek kapal perang modern PKR yang kabarnya saat ini mengalami beberapa kendala.
Lalu pertanyaannya, jika pemerintah selalu mengalami masalah dalam pengembangan teknologi tempur yang lebih sederhana, bagaimana mungkin kita mampu mengembangkan teknologi yang sangat canggih seperti pesawat tempur?
Sejak awal, Korea menjadi pihak yang dipercaya oleh pemerintah RI. Jika Jepang memaklumkan dirinya sebagai "saudara tua" Bangsa Indonesia, maka kali ini tampaknya Indonesia yang memaklumkan dirinya sebagai "adik baru" dari Bangsa Korea. Kerja sama yang erat antara Indonesia dan Korea memang membuat mereka terlihat seperti "kakak-adik."
Lihat saja, remaja Indonesia sudah "keracunan" artis-artis Korea, barang-barang berbasis teknologi dari Korea membanjiri Indonesia, dan tentu saja, produk pertahanan Korea yang dikenal murah dan berkualitas membuat para panglima TNI ngiler dan berupaya mendatangkan-nya guna mengganti peralatan tempur TNI yang sudah "bau tanah,"
Proyek KF-X sebetulnya sudah dimulai sejak awal dekade 2000-an, saat itu pemerintah Korsel mengumumkan dimulainya proyek Korean Fighter Experimental (KF-X) untuk menggantikan armada F-4 Phantom dan F-5 Tiger mereka yang sudah menua. Akhirnya di akhir dekade, Indonesia memutuskan untuk bergabung, dan mendapat jatah kerja dan tanggungan dana sebesar 20%. Tidak besar memang, tetapi dari segi alih teknologi, kita tentu akan mendapat banyak keuntungan. KF-X sendiri didesain sebagai pesawat tempur multi-peran generasi 4.5. Itu artinya, KF-X adalah pesawat dengan teknologi stealth, namun kemampuannya masih dibawah F-35 Lightning buatan AS. Korea memang sahabat setia sekaligus "adik angkat" Negeri Paman Sam, sehingga mereka mungkin tidak mau "melangkahi kakaknya" dalam hal ini membuat pesawat tempur yang berteknologi lebih canggih.
Kabarnya, purwarupa KF-X yang pertama akan selesai pada 2015 (jika tidak ada halangan) sehingga pesawat itu sudah jadi 5 unit pada 2018. Kemungkinan besar pada 2019 sudah diproduksi. Hal ini sangat mengejutkan, karena pesawat F-35 baru akan diproduksi pada 2019, sehingga KF-X mungkin sekali akan rebutan dengan F-35 dalam memperebutkan pangsa pasar, terutama di Asia, apalagi bisa ditebak harga dan operational cost KF-X tentu lebih murah, sehingga diprediksi akan mendapat perhatian dari negara-negara berkocek tipis yang ingin memiliki pesawat stealth.
Jika tahap desain sudah selesai, sebetulnya belum ada nama yang pasti sebelum pesawat ini menanggalkan nama KF-X. Namun kabar yang beredar, jet tempur ini akan menyandang nama F-33. Entah apa karena jet ini akan mengadopsi banyak komponen buatan AS atau tidak, yang jelas jet ini akan jadi solusi yang lebih baik untuk menghadapi model peperangan masa depan yang canggih dan mahal.
Jika pesawat sudah diproduksi, maka Korea akan mendapatkan 150 unit, sedang Indonesia mendapat 50 unit, sebuah porsi yang cukup adil bukan?
Desain KF-X sendiri sampai saat ini akan mengadopsi model delta-canard (sayap belakang) seperti yang terdapat pada pesawat J-10 buatan China, atau Eurofighter Typhoon. Namun desain ini masih dapat berubah, seiring tahap pengembangan dan desain yang masih terus berjalan.
Kita berharap, agar proyek ini dapat berjalan lancar, sebab pesawat-pesawat TNI-AU sebagian besar sudah menua dan kebutuhan akan pesawat tempur sangatlah mendesak. Lebih daripada itu, kita berharap agar proyek ini mampu meningkatkan kemampuan industri pertahanan dalam negeri yang saat ini sudah tampak geliatnya.
Si vis pacem parabellum!

Oleh: Michael Ayub Garuntolo, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta

Comments

Popular Posts