Natal Temaram

Dahulu, malam natal selalu tampak gemerlap...
Rumah nenek penuh cucu-cucu, hadiah, makanan, lampu-lampu natal...
Kami para cucu menyanyi bersama, berlarian, hilir mudik, dan itulah satu-satunya kesempatan kami bisa menjelma jadi manusia-manusia paling "nggragas" di dunia
Makanan tak ada habisnya, dapur terus mengepulkan asap harum beraroma bumbu-bumbu perangsang lidah
Kue-kue bagaikan hujan, berdatangan tak henti, kadang kami terlalu kenyang karenanya, hingga tak kuat lagi makan nasi
Di malam kedua, pusat perbelanjaan adalah halaman rumah kami, saat ibu-ibu kami mendandani kami dengan pakaian-pakaian berharga mahal

Natal ini dingin sekali
Beberapa dari mereka tak lagi bersama kami
Keluarga kami tak lagi suka berkumpul, lebih suka saling menggunjing dan menyerang, lalu sembunyi...
Kami sedang menanam ranjau-ranjau
Suatu saat, salah seorang dari kami akan melanggar ranjau-ranjau itu, meledak, dan mati dengan cara yang paling mengerikan
Apalah artinya khotbah pastor di gereja jika kami sedang bermain ranjau di hari natal?

Natal ini dingin sekali
Tak ada lagi makanan-makanan lezat berbumbu banyak
Sebungkus mi instan terasa mewah hari ini
Bapak sedang pergi, tanpa pamit
Kekasihku sedang sibuk dengan tugas-tugasnya
Siaran misa natal dari Vatikan hari ini hanya membuatku ingin menangis...

Natal ini dingin sekali
Malam ini begitu temaram diiringi gerimis yang menyesakkan...
Sebuah rumah makan Padang baik menjadi tempat penawar gelisah
Sepiring nasi dan rendang, disuguhkan Si Uda yang ramah
Rumah makan ini sepi sekali, hanya ada aku, Uda, dan rekannya
Segelas teh manis ku teguk pelan-pelan, hingga Si Uda berkata pada rekannya...
"Ini malam natal, pantas saja sepi..."
Kali ini, aku benar-benar menangis...

Depok, 25 Desember 2011



Comments

Popular Posts