Standardisasi Pola Warna dan Pengecatan Pesawat Tempur TNI-AU


Kok "standardisasi"? Ya, karena menurut Ejaan Yang Disempurnakan, penulisan yang benar adalah "standardisasi" bukan "standarisasi.
Oke, lupakan soal EYD. Masalah sebenernya yang pengen gue bahas hari ini adalah masalah warna pesawat TNI-AU. Pernah ga sih lo bertanya, kenapa warna pesawat di setiap skuadron pesawat tempur TNI-AU itu berbeda-beda? Contohnya, Skuadron F-16 pesawatnya berwarna loreng hijau, skuadron F-5 loreng biru, skuadron Hawk 100/200 kelir cokelat hitam, dan skuadron teranyar, Sukhoi, berwarna kelir putih abu-abu.
Menurut sebuah rubrik tanya jawab di Majalah Angkasa, sebetulnya perbedaan warna tersebut menyalahi aturan. Hingga saat ini, setiap skuadron di Indonesia menciptakan warna bagi pesawat-pesawat mereka secara "kreatif," atau bisa gue bilang, bahasa kasarnya, semau gue. Mereka mengkreasikan warna untuk kebanggan satuan, sehingga tidak terwujudnya keseragaman warna pesawat seperti yang terdapat di negara-negara lain. Contohnya Australia (abu-abu), Marinir AS (putih), atau Rusia (loreng biru). Corak warna pesawat yang cocok terbukti sangat berpengaruh dan terkait dengan kamuflase sebuah pesawat saat berada di medan tempur. AU Israel contohnya, menggunakan warna kamuflase cokelat, sebagai bentuk penyesuaian pada warna pasir Gurun Sinai.
Baru-baru ini, gue baru baca sebuah blog militer, di mana di dalamnya memuat wacana tentang Skuadron Hawk 100/200 di Lanud Supadio, yang mengubah warna pesawatnya dari kelir hijau cokelat menjadi loreng abu-abu. Ada apakah gerangan? Apakah para pemimpin TNI-AU sudah mulai tobat? Hahaha agak sarkastik ya bahasa gue :p
Pasti tau majalah Angkasa kan? nah gue pernah liat di salah satu edisi majalah Angkasa, sebuah desain warna pesawat Super Tucano yang baru saja dipesan ke Embraer Brazil. Dalam skema warnanya, Super Tucano TNI-AU akan diberi warna kelir abu-abu, sesuai dengan peraturan yang sudah ada yakni peraturan Petunjuk Teknik Udara No.126 Perbaikan IV tahun 2011 tentang Standardisasi Pola Warna dan Pengecatan Pesawat TNI-AU
Sebelumnya pernah disebutkan dalam salah satu rubrik tanya-jawab majalah Angkasa, bahwa standardisasi menurut peraturan sebelumnya untuk pesawat tempur adalah loreng biru. Namun melongok ke berita-berita dari AU yang sudah muncul, rupanya pola standard sudah berubah, yakni loreng abu-abu.
Pemilihan warna abu-abu tentu dengan banyak pertimbangan. Mengingat sebagian besar cuaca di Indonesia dalam setahun diliputi awan, pemilihan warna putih-abu-abu mungkin dinilai paling tepat.
Meski beberapa skuadron sudah menaati aturan, yakni skuadron Sukhoi, Hawk 100/200, dan calon Super Tucano, sepertinya masih ada skuadron yang mbandel, seperti skuadron F-16 dan F-5 Tiger di Lanud Iswahjudi Madiun yang masih mempertahankan kelir hijau (F-16) dan kelir biru (F-5).
Tidak bisa dipungkiri, pembedaan warna corak pesawat di Indonesia masih dianggap sebagai tanda kebanggaan satuan. Namun jika ditelusuri lebih jauh, hal ini akan sangat bikin ribet saat pertempuran udara berlangsung, di mana pilot-pilot harus dapat membedakan kawan atau lawan (friend or foe) dalam pandangan mata sekejap. Pilot dituntut berpikir cepat untuk menentukan target, membidik sasaran, dan menghancurkan nya dengan tepat. Warna pesawat menjadi media identifikasi yang paling sederhana, sehingga tidak membingungkan mata pilot kawan, namun juga harus menjadi sarana kamuflase yang efektif sehingga sulit dibuntuti pesawat tempur lawan.
Untuk hal yang satu ini, jelas gue mendukung langkah Lanud Supadio untuk menyeragamkan pesawat-pesawatnya sesuai aturan, dan gue berharap langkah ini diikuti skuadron-skuadron lain, maupun skuadron yang akan datang seperti Skuadron F-16 hasil hibah AS, atau pun T-50 Golden Eagle.

Comments

Popular Posts