Vaarwel, Tot Betere Tijden !

Ignatius Susilo Priyanto
Satu kali kau gendong aku melihat perumahan sebelah yang baru dibangun.
"Perumahan elit," katamu.
Hutan Depok yang rimbun sudah dibuka oleh orang Jakarta, mereka datang.
Seminggu sekali kau ajak aku ke sungai di sebelah perumahan itu, melihat biawak yang (jika beruntung) berenang melawan arus sungai
Sebuah sepeda biru bekas bermerek Daichi kau belikan untukku, kau ajari aku menjaga keseimbangan
Berkali-kali kau terkekeh melihat kebodohanku, jatuh dan bangun lagi, hingga aku bisa dan kau tersenyum puas.

Peluh keringat mengalir setiap malam mengiringi doa-doamu yang kau daraskan di tengah malam
Mungkin minta sejahtera, mungkin minta sehat, atau malah minta kaya? Tebakku
Bis jemputanmu selalu melaju sebelum ayam berkokok, ah sayang sekali, aku tak sempat menciummu
Bahkan sampai kau pergi
Seberapa besar sih gajimu? "Yang penting nggak ngutang" kau berkelit, ya baiklah.
Rokokmu mengepul tiap petang kau selesai menunaikan tugasmu.
"Kepulan kepuasan," gumamku, biar sajalah.

Tiga hari tiga malam kau tidur di lantai rumah sakit yang dingin, menunggu anakmu yang bodoh
Kalau sudah sembuh? "Ya bayar, kalau dia mati baru saya nggak mau bayar." Ucapmu
Pukul tiga pagi kau terjaga, menanti aku yang belum pulang
Pintu diketuk, kau bangkit dan bukakan, amarah? Biarlah setan menanti dengan dongkol di depan pintu
Kita berjumpa setiap malam, bercerita dengan riang apa yang kita temukan hari itu
Kau teguk kopimu, kuteguk susuku, kau cerita, aku tertawa.
Bahkan tertawa untuk sebuah cerita berjudul "Maut".

Hingga sebuah tawa terakhir mengakhiri cerita-ceritamu yang masih kunantikan
Kau diam tak begerak, engkau pergi, aku? Ya, di sini, menyusulmu? Entah aku tak tahu.
Mau menangis? Mau mengeluh? kepada siapa? Lantai yang dingin? Kubur yang bisu?
Pak, kita belum berpamitan, bahkan aku belum sempat sekadar bilang "terima kasih."
Kau mau aku "jadi orang" kan? Baik, aku akan "jadi orang."
Jadi orang yang bagaimana? Kau tahu, aku pun tahu.

Selamat jalan Bapakku sayang, sampai jumpa di tempat dan waktu yang lebih baik.

Memento Mori

Depok, 9 Maret 2014.

Comments

Popular Posts